Beruntung orang yang suka membaca buku. Mereka yang gemar membaca buku
akan terbuka wawasannya, tidak kuper dan cupet pandangan. Mereka juga
akan mengerti informasi selain yang dipikirkannya selama ini, referensi
dan pengetahuannya akan bertambah luas. Dan inilah sebenarnya investasi
berharga sebagai modal untuk mengarungi kehidupannya. Orang yang
menyukai aktivitas membaca, hasilnya, mereka tidak akan berpikir sempit
ketika menghadapi problem-problem penting yang terjadi di dunia. Serta
punya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam mensikapi
kejadian-kejadian keseharian di sekitarnya. Tapi, bagi orang yang ingin
berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tak
cukup. Mereka perlu memiliki keterampilan lagi yaitu ketrampilan
meresensi buku. Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi buku,
ada beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya,
diantaranya sebagai berikut,
Membantu pembaca (publik) yang belum
berkesempatan membaca buku yang dimaksud atau membantu mereka yang
memang tidak punya waktu membaca buku. Dengan adanya resensi, pembaca
setidaknya bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku
tertentu. Setidaknya, bisa dijadikan bahan obrolan yang bermanfaat dari
pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.
Mengetahui kelemahan
dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar
bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa
saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi, bagaimanapun juga tetap
akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di media cetak, karena
telah melewati seleksi redaktur).
Mengetahui latarbelakang dan
alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi Undercovernya. Kalaupun tidak
bisa mendapkan informasi yang demikian, peresensi juga tetap bisa
mengandalkan misalnya mengacu pada halaman pengantar atau prolog yang
biasanya terdapat dalam sebuah buku. Kalau tidak, informasi dari
pemberitaan media tak jadi soal.
Mengetahui perbandingan buku
yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis
lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya
tidak melulu melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga
menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang
buku tersebut, kalau tidak, biasanya juga menghadirkan buku-buku karya
penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan
pembaca nantinya.
Bagi penulis buku yang diresensi, bisa sebagai
masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya karena tak
jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara
dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi
penerbit bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga
menyoroti soal font (jenis huruf) mutu cetakan dsb.
Nah, untuk
bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan sebagian
orang. Ada beberapa langkah umum yang bisa dilakukan siapa saja yang
akan membuat resensi buku. Diantaranya;
Tahap Persiapan
Memilih
jenis buku : Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada
sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus
untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan
latarbelakang pendidikan kita. (hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus). Ini
terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Hal ini tidak berarti membatasi tau
melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa
berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana cara mengajar
siswa dibandingkan seorang tukang sayur.
Usahakan buku baru. Ini
jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang
sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah
basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya sehingga tidak
mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan sekedar
untuk berbagi ilmu) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya
lewat blog (jurnal personal).
Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;
Judul Karya Resensi
Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
Tahap Pengerjaan
Membaca
dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara
pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa
sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi,
mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku
secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang
dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
Setelah
membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya
resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
Informasi awal buku (seperti format diatas).
Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”
Membuat ulasan singkat buku. Diskripsi garis besar isi buku.
Memberikan
penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya)
atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama
seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik
menilai sebuah buku.
Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
Mengkoreksi
karya resensi. Mengkoreksi kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan
pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi
buku itu apa, tapi apa sikap penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
Tahap Publikasi
Karya
disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap
media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah
halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman
bagi peresensi.
Menyertakan cover halaman depan buku.
Mengirimkan
karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan
sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang
sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari
penolakan karya kita oleh redaktur.
Demikian ulasan sekilas
mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada intinya, persoalan
meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca buku,
biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu
urusan meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan
orang lain. Sungguh mulia bukan !.
Senin, 24 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar